Sabtu, 05 November 2016

DINAMIKA DALAM KELOMPOK SOSIAL



MAKALAH
SOSIOLOGI



“DINAMIKA DALAM KELOMPOK SOSIAL”


Disusun Oleh :
Kelompok 6
Anggota :
Desi Sabania
Salvia Herawati
Siti Mufleha
Mansyur
Nadi Suherman
Kelas XI IIS 2

SMA NEGERI 1 BATUJAYA
TAHUN AJARAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan Alam Semesta ini sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sehari-hari kita sering menjumpai hal-hal yang berhubungan dengan Sosial. Oleh karena itu, dibutuhkan untuk mempelajari dan memahami Dinamika Dalam Kelompok Sosial.
            Dan dengan senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah –Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah yang sederhana ini.
            Dalam membuat Makalah ini kami mendapat banyak kendala akan tetapi dengan kesabaran dan ketelitian sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Dalam Makalah yang sederhana ini, kami mengharapkan kritikan dan saran-saran yang sifatnya membangun.

Penyusun


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C.     Tujuan Masalah..................................................................................................... 1
D.    Tujuan Masalah..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
A.    Memahami Dinamika Kelompok.......................................................................... 2
B.     Pentingnya Dinamika Kelompok untuk Pendidikan Rekreasi.............................. 2
C.     Suatu Pemahaman Dasar Mengenai Kelompok.................................................... 3
D.    Hubungan Pendidikan Rekreasi dan Kelompok Sosial........................................ 4
E.     Norma................................................................................................................... 6
F.      Kohesi Kelompok................................................................................................. 7
G.    Komunikasi Kelompok......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 9
A.    Kesimpulan........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………...…………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
      Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, merupakansuatu konsesus mutlak dan tertanam dalam benak setiap insan manusia. Oleh karena itu manusia cenderung melakukan interaksi dan kerjasama satudengan yang lain untuk mempermudah mencapai tujuan.
Kumpulan manusia yang memiliki tujuan bersama, harapan bersama,kegiatan bersama, norma yang disepakati bersama secara umum disebut dengan kelompok. Kelompok ini beragam jenis dan pembagian klasifikasikasinya, ada yang berdasarkan fungsinya,  bentuknya, ikatanya dan lain - lain. Kuncinya menurut Cartwright dan Zander bahwasanya masing-masing manusia di dalam kelompok itu saling bergantung satu dengan yang lain serta saling mempengaruhi dan berinteraksi. Kelompok adalah sekumpulan orang atau individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama.

Maka, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok. Dalam ruang lingkup pendidikan rekreasi dinamika kelompok menjadi salah satu tujuan dimana melalui dinamika kelompok ini seseorang dapat memenuhi kebutuhan serta menjalin interaksi yang akan membantu pembentukan karakter maupun kepribadian.

B.      Rumusan Masalah
Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup, kelompok manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain disekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok.

Agar pembahasan pada makalah ini tidak keluar dari konsep, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut :
1.       Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok ?
2.       Mengapa pengetahuan tentang dinamika kelompok itu diperlukan dalam pendidikan rekreasi ?
3.       Bagaimana hubungan pendidikan rekreasi dan kelompok sosial ?

C.      Tujuan Makalah
      Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.       Untuk mengetahui dan memahami pengertian dinamika kelompok.
2.       Untuk mengetahui dan memahami bahwa dinamika kelompok itu diperlukan dalam pendidikan rekreasi.
3.       Untuk mengetahui dan memahami hubungan pendidikan rekreasi dengan kelompok sosial.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Memahami Dinamika Kelompok
            Dinamika kelompok merupakan sebuah analisis tentang hubungan kelompok sosial yang berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku dalam kelompok merupakan hasil dari interaksi yang dinamis antara individu dan situasi sosial. Dengan rumusan ini, maka pembentukan struktur kelompok, perasaan memiliki, norma-norma sosial, dan internalisasi dari norma-norma itu merupakan dinamika kelompok.
            Dinamika kelompok mewakili teori bidang studi dalam ilmu psikologi sosial. Dinamika kelompok telah menjadi subyek yang banyak diterapkan dalam penelitian seperti manajemen bisnis, administrasi publik, kepemimpinan dalam angkatan bersenjata, dan kelompok sosial. Untuk itu perlunya memahami dinamika kelompok ini dalam kepemimpinan rekreasi.
            Dinamika kelompok pada esensinya konsen atau peduli dengan pencapaian suatu pemahaman mengenai hakekat dan peranan kelompok dalam kehidupan dewasa ini. Keanekaragaman perilaku manusia mengharuskan kita saling memahami status dan hubungan antara anggota, seberapa beda tipe kelompok mempengaruhi institusi sosial yang lebih besar, dan akhirnya seberapa beda tipe-tipe kepemimpinan mempengaruhi proses kelompok.
Melalui studi dinamika kelompok akan dapat memahami bentuk perilaku di dalam kelompok dan hubungan yang berkembang di dalam kelompok tersebut. Hakekat interaksi antara anggota kelompok merupakan bagian studi dan kegunaan praktis dari dinamika kelompok. Untuk sekedar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika kelompok, maka akan diceritakan mengenai interaksi manusia di dalam kelompok dan interaksi antar kelompok sebagai berikut:
1.       apabila individu manusia yang tidak berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dikumpulkan disuatu tempat, maka mereka akan melakukan interaksi. Proses interaksi itu cenderung untuk menghasilkan norma- norma yang seragam dan yang menjadi dasarnya sikap-sikap anggota kelompok. Interaksi semacam ini dapat dikategorikan sikap positif.
2.       Apabila dua kelompok yang telah membuat struktur masing-masing mengadakan saingan, maka akan terbentuk sikap negatif terhadap kelompok lainnya. Lambat laun akan terjadi saling hambat yang seterusnya menimbulkan ‘’stereotip’’ artinya prasangka yang kurang berdasar.
Dari kedua kasus diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjadi dalam kelompok akan membentuk sikap positif atau sikap negatif. Untuk mengurangi munculnya sikap negatif diperlukan sikap saling memahami antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.

B.      Pentingnya Dinamika Kelompok untuk Pendidikan Rekreasi
  Mengapa pengetahuan tentang dinamika kelompok itu diperlukan dalam pendidikan rekreasi? Dinamika kelompok sesungguhnya dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan kepekaan terhadap kebutuhan serta perilaku orang lain. Akan lebih efektif dalam memberikan bantuan kepada orang lain melalui hubungan antar kelompok. Ada empat tipe situasi yang dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan rekreasi yaitu :

1.       Pengikut Kelompok yang Berorientasi Sosial
Melakukan kegiatan dengan kelompok yang menekankan pada tujuan sosial. Proses kelompok menjadi bagian penting untuk masing-masing anggota. Kelompok sosial yang bisa dibentuk dalam pendidikan rekreasi di SLTP adalah klub PMR (Palang Merah Remaja), Pramuka, dan Pecinta Alam Remaja.

2.       Pengikut Kelompok yang Berorientasi Aktivitas
Dalam situasi rekreasi fokus utamanya adalah ambil bagian dalam aktivitas. Aktivitas yang dapat dikembangkan di SLTP sangat banyak. Contoh membentuk unit olahraga, unit kesenian, unit prakarya, dan unit kerohanian. Unit-unit ini yang memfasilitasi anggotanya untuk terlibat aktif dalam aktivitas yang tersedia dan kegiatan ini umumnya dilakukan diluar jam pelajaran kurikuler.

3.       Bekerja secara sukarela
Karena kegiatan rekreasi lebih bersifat sukarela, maka anggota kelompok yang ada dalam lingkungan itu akan dengan sangat ikhlas untuk sukarela bekerja demi tujuan kelompok. Contoh, mengumpulkan pakaian bekas yang layak pakai, mengumpulkan dana untuk korban bencana alam atau pengungsi karena kekerasan di daerah dimana mereka tinggal, memberi beasiswa kepada teman sekolahnya yang tidak mampu dan lain-lain.

4.       Berhubungan dengan Tim Profesional
Dalam melakukan aktivitas rekreasi sebaiknya guru menjalin hubungan dengan tenaga ahli yang memahami benar kegiatan tersebut. Contoh, apabila sekolah akan menyelenggarakan kegiatan ‘’fun games’’ maka sekolah harus bekerjasama dengan jurusan PKR FPOK dalam membuat skenario yang sesuai dengan usia  anak SLTP. Demikian pula apabila sekolah akan menyelenggarakan pendidikan  PMR maka sekolah harus bekerjasama dengan rumah sakit atau Palang Merah Indonesia (PMI).

C.      Suatu Pemahaman Dasar Mengenai Kelompok
          Istilah kelompok diartikan sebagai kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa agama, filsafat, ekonomi, rekreasi, atau intelektual, atau semuanya. Kelompok merupakan satu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang memilki status dan hubungan peranan dengan unit lainnya. Kelompok biasanya mempunyai seperangkat nilai atau norma yang membatasi setiap perilaku anggota kelompok, sekurang-kurangnya ada konsekuensi bagi kelompok.
Kelompok seharusnya dihargai sebagai unit-unit dari manusia yang  mempunyai hubungan yang berguna bagi lainnya untuk saling berbagi hasrat dan kebutuhannya. Sekolah merupakan tempat dimana kelompok-kelompok itu berkumpul. Untuk memaksimalkan kegiatan di sekolah, rekreasi dapat menjembataninya.

D.      Hubungan Pendidikan Rekreasi dan Kelompok Sosial
            Kegiatan pendidikan rekreasi dan kegiatan kelompok sosial mempunyai titik kesamaan. Keduanya sangat peduli dengan penggunaan rekreasi sebagai media untuk memenuhi kebutuhan manusia atau peserta didik. Pada umumnya kegiatan rekreasi di sekolah sering kali melibatkan banyak orang. Untuk itu kegiatannya perlu direncanakan, diorganisasi, diarahkan, dan dikontrol.

1.       Perencanaan
Pada tahap perencanaan, guru menentukan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah kegiatan dan membuat skenario kegiatan agar kegitan itu terarahkan. Contoh, pada awal tahun ajaran baru para siswa yang masuk ke SLTP anda umumnya tidak saling mengenal satu sama lain. Disini guru menetapkan tujuan agar para peserta didik dapat berhubungan dan mengenal dengan akrab antara peserta didik guna mempersiapkan suasana belajar. Skenario dibuat dengan urutan perkenalan dan permainan karakter.

2.       Pengorganisasian
Pada tahapan ini,guru mengorganisir dua hal yaitu :
a.       Pada pertemuan pertama guru mengenalkan peserta didik kepada lingkungannya yang terdiri dari tempat, teman baru, dan suasana baru.
b.      Pemberian informasi tentang pelaksanaan pembelajaran di SLTP yang meliputi tujuan, manfaat, mekanisme, dan materi pelajaran.

3.       Pengarahan
Pada tahapan ini, peserta didik diminta untuk membentuk lingkaran. Guru meminta agar peserta didik masing- masing merenung  sejenak. Kemudian peserta didik diminta untuk mencantumkan namanya pada pojok kanan atas kertas yang sudah disediakan. Pada kertas tersebut masing-masing peserta didik menggambarkan suasana hatinya. Gambar yang dibuatnya harus sesuai dengan keadaan yang dirasakan saat sekarang.
Selanjutnya guru mengumpulkan kertas yang sudah digambar tersebut. Peserta didik diminta untuk beralih tempat duduk. Guru secara random (acak) membagikan kertas kembali yang telah digambar oleh peserta didik. Diharuskan kepada semua peserta didik untuk mendapatkan gambar yang dipunyai temannya. Tidak boleh memiliki hasil gambar sendiri.
Tahap berikutnya adalah peserta didik diminta untuk mencari pemilik gambar yang ada padanya. Setelah diperoleh, tanyakan nama, alamat, dan kesukaannya. Bagaimana suasana hatinya saat ini sesuai dengan gambar yang dibuatnya. Selesai berkenalan peserta didik diminta kembali ke tempat duduknya masing-masing. Guru memanggil salah seorang peserta didik untuk memulai mengenalkan teman barunya kepada semua peserta. Sambil bergiliran semua peserta harus mengenalkan teman barunya itu kepada semua peserta. Selesai kegiatan semua peserta sudah dapat saling mengenai satu dengan lainnya.

4.       Kontrol
Selama kegiatan perkenalan ini berlangsung, guru mengontrol semua peserta didik jangan sampai ada yang tidak terlibat dalam kegiatan ini. Kalaupun ada yang malu tampil, guru dapat mendorongnya secara bijaksana agar rasa percaya dirinya bangkit. Selesai kegiatan ini, guru harus mengevaluasi apakah tujuan yang direncanakan semula sudah dapat dicapai atau belum. Apabila masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya, maka perlu dijadikan catatan untuk kegiatan yang akan datang.
Dari contoh kegiatan dalam dinamika kelompok melalui pendidikan rekreai ini, peserta didik akan merasa rileks dan tidak tegang menghadapi teman-teman barunya. Karena kegiatan ini dimulainya dari kelompok kecil yaitu dua orang, maka peserta didik akan lebih berani untuk mengungkapkan identitas dirinya kepada kelompoknya. Dengan kegiatan rekreasi dalam lingkup dinamika kelompok diharapkan peserta didik akan dapat memusatkan perhatiannya kepada proses belajar dan juga dapat bekerjasama dengan peserta didik lainnya.

E.      Norma
Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh para anggota kelompok. Norma memberitahukan kepada anggota apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Norma sebagai elemen dasar dalam struktur kelompok sebagai arahan dan motivasi,, pengatur interaksi sosial, serta membuat tanggapan orang lain tersebut dapat diprediksi dan bermakna. Johnson  dan Johnson (2000) menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai. Adapun 2 bentuk norma yaitu norma deskriptif dan norma perspektif dimana yang artinya sebagai berikut:

·         Norma deskriptif merupakan apa yang sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu. Contoh: ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan.
·         Sedangkan norma perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang melanggar akan dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi.


F.       Kohesi Kelompok
Kohesi sendiri didefinisikan sebagai bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan mencintai satu dengan lainnya, dimana faktor pengikat arti kohesi adalah daya tarik kelompok, moral/tingkat motivasi dari masing-masing anggota dan koordinasi pada usaha-usaha anggota kelompok.
Beberapa pengertian kohesi kelompok:
1.      Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
G.     Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1.      Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2.      Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3.      Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4.      Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5.      Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1. Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.

BAB III
PENUTUP

A.              Kesimpulan
Dinamika kelompok merupakan sebuah analisis tentang hubungan kelompok sosial yang berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku dalam kelompok merupakan hasil dari interaksi yang dinamis antara individu dan situasi sosial. Dinamika kelompok dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan kepekaan terhadap kebutuhan maupun perilaku orang lain. Kegiatan pendidikan rekreasi dan kelompok sosial mempunyai titik kesamaan yaitu sangat peduli dengan penggunaan rekreasi sebagai media untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

B.               Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai dinamika kelompok, karena kita sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan maupun kerjasama dengan orang lain. Apalagi apabila kita sudah berbaur didalam kehidupan bermasyarakat, tentu kita akan berinteraksi dengan oranglain dan menginginkan suatu hubungan timbal balik yang baik didalam kelompok masyarakat. Karena didalam kehidupan bermasyarakat kita akan dituntut pada proses interaksi yang luas.


















DAFTAR PUSTAKA

Murni, Muhammad dan M. Saputra, Yudha., 1999/2000, PENDIDIKAN REKREASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar